Kapal di Tengah Laut
Langit di atas Laut Selatan cerah, tapi Arga merasakan ketegangan. Ia berdiri di dek kapal tua, Tombak Karang di tangan, cahayanya biru lembut. Lila di sisinya, memegang Cermin Ombak dan Mahkota Pasang, matanya tertuju pada kapal asing yang kini jelas di cakrawala. Kerang di saku Arga berdenyut pelan, seperti napas terakhir laut. “Itu bukan Darmo,” kata Lila, suaranya tegas.
Arga mengangguk. “Tapi, mereka cari artefak.” Cermin di tangan Lila bercahaya, tunjukkan kapal itu penuh pria berpakaian aneh—jubah karang, mata kosong. “Mereka seperti roh kuno,” gumam Arga. Kerang panas di tangannya. Gambar di cermin berubah: Nyi Roro Kidul, jubahnya berkibar, wajahnya serius. “Ini ujian terakhir,” katanya.
Kapal mereka mendekat. Ombak bergoyang pelan, seolah laut menahan napas. “Kita siap?” tanya Arga. Lila tersenyum tipis. “Kapan kita tidak?” Mereka pegang artefak erat, tahu ini mungkin pertarungan terakhir untuk desa dan laut.
Konfrontasi di Laut
Musuh Terakhir
Kapal asing berhenti. Sosok tinggi muncul di dek—wanita tua, jubahnya karang hidup, matanya merah seperti roh kuno di Episode 11. “Aku Nira, penjaga pertama,” katanya, suaranya mengguncang air. “Artefak itu milik kami, bukan ratu.” Arga angkat tombak. “Kalian ancam laut!” teriaknya.
Nira tersenyum dingin. “Laut butuh kami, bukan Nyi Roro Kidul.” Ia angkat tangan. Karang di kapal hidup, jadi makhluk bermata merah. Lila buka cermin, cahayanya tolak mereka. Arga ayun tombak, cahaya biru potong karang. Tapi, Nira kuat. Ombak naik, goyang kapal mereka. “Kalian takkan menang,” kata Nira.
Lila letakkan mahkota di cermin. Cahaya emas menyala. “Kita punya ini!” katanya. Arga tusuk tombak ke dek. Cahaya biru, hijau, dan emas bersatu, buat gelombang gaib. Makhluk karang retak, tapi Nira tak goyah. “Kalian hanya anak-anak!” raungnya. Tiba-tiba, laut bergemuruh. Nyi Roro Kidul muncul di ombak, auranya kuat. “Cukup, Nira,” katanya.
Pertarungan Dua Penjaga
Ratu menatap Nira. “Kau tinggalkan tugasmu,” katanya. Nira tertawa pahit. “Kau curi laut dariku!” Ia serang, karangnya jadi tombak hidup. Ratu angkat tangan, ombak tolak serangan. Arga dan Lila manfaatkan momen. Arga lompat ke kapal Nira, ayun tombak ke karang utama. Lila arahkan cermin, cahayanya bakar jubah Nira.
Nira meraung, tapi melemah. “Kalian pilih dia?” tanyanya, suaranya pecah. Ratu mendekat. “Mereka pilih laut.” Cahaya artefak membutakan. Karang Nira retak, tubuhnya memudar. “Aku… salah…” gumamnya, lalu lenyap ke air. Kapal asing tenggelam pelan, laut kembali tenang.
Ratu menatap Arga dan Lila. “Kalian akhiri perang lama,” katanya. Arga memegang tombak. “Darmo masih di luar sana,” katanya. Ratu tersenyum samar. “Ia tak lagi ancam laut. Tapi, jaga artefak ini.” Lila menatapnya. “Untuk apa?” Ratu menatap cakrawala. “Untuk hari lain.”
Kembali ke Desa
Kedamaian yang Diraih
Arga dan Lila kembali ke Pantai Yogyakarta saat senja. Desa menyambut mereka dengan tawa dan pelukan. Mbok Sari memegang tangan mereka. “Kalian bawa damai sejati,” katanya, matanya berkaca. Ibu Arga peluk Arga erat. “Ayahmu bangga,” katanya, suaranya lembut. Arga tersenyum, rasa berat di hatinya reda.
Warga adakan pesta kecil di dermaga. Ikan kembali penuh, laut berkilau. Arga dan Lila duduk di tepi, artefak di sisinya. “Kita selesai, ya?” tanya Lila. Arga menatap laut. “Mungkin. Tapi, laut selalu panggil.” Kerang di sakunya dingin, tak lagi berdenyut. Cermin tunjukkan laut jernih, tanpa bayang.
Mbok Sari mendekat, bawa kotak kayu. “Simpan artefak di sini,” katanya. “Di kuil hutan, aman.” Arga dan Lila mengangguk. “Kami akan jaga,” kata Arga. Lila tersenyum. “Bersama.” Mereka tahu Darmo mungkin masih hidup, tapi untuk sekarang, desa aman.
Warisan Ratu
Malam tiba. Arga dan Lila bawa artefak ke kuil hutan, seperti di Episode 8. Altar karang bercahaya lembut saat tombak, cermin, dan mahkota diletakkan. “Ini tempat mereka,” kata Lila. Arga menatap ukiran Nyi Roro Kidul di dinding. “Dia percaya pada kita,” katanya.
Tiba-tiba, angin bawa aroma laut. Suara ratu bergema pelan. “Kalian penjaga baru. Laut milik kalian.” Cahaya samar muncul, lalu lenyap. Arga dan Lila saling pandang, tahu tugas mereka tak pernah benar-benar selesai. Tapi, untuk pertama kali, mereka merasa siap.
Fajar Baru
Pagi menyapa desa dengan lembut. Arga bantu warga di dermaga, ikan penuh di jaring. Lila ajar anak-anak gambar laut, ceritakan kisah tanpa takut. Ibu Arga tersenyum lihat mereka, kain putih dari Episode 11 di tangannya. “Kalian bawa harapan,” katanya.
Arga dan Lila kembali ke pantai, berdiri di tempat mereka mulai. Laut Selatan berkilau, ikan melompat, angin sejuk. “Kita menang,” kata Lila, suaranya penuh kelegaan. Arga mengangguk. “Dan kita akan jaga ini.” Mereka tahu laut tak lagi kutukan, tapi rumah.
Kembali ke Episode 11
TAMAT
Terima kasih telah mengikuti petualangan Arga dan Lila di Laut Selatan! Dari cermin misterius hingga pertarungan melawan roh kuno, mereka belajar arti tugas dan keberanian. Laut kini damai, tapi cerita penjaga tak pernah benar-benar berakhir. Sampai jumpa di kisah lain!
